Kumpulan Tugas Kuliah Mahasiswa STAI Darul Ulum Kotabaru

IBX599853AC60E37
Jika Ingin Iklan Perusahaan Atau Product Anda Ditampilkan Disini! Silahkan Kirim SMS ke almuslimun001@gmail.com Terjamin Murah Dan Akan Kami Tampilkan Juga Dengan Product Review

Masalah-Masalah Keagamaan dan Penyelesaiannya

Sejak dahulu Bali dijuluki sebagai paradise island yang mempesona dunia karena mewarisi nilai-nilai tinggi antara lain: keindahan alam, keunikan tradisi-tradisi ritual agama, keramah tamahan penduduk, dan kreativitas seni yang tiada tara.

Secara tidak disadari, nilai-nilai tinggi itu tahun demi tahun telah dieksploitir dengan giat dan terus menerus untuk imbalan materi baik bagi investor luar Bali maupun bagi penduduk setempat.

Dampak positif dan negatif dari “kemajuan” itu kini telah dirasakan dan sebagian besar penduduk merasa cemas pada dampak negatif berupa penurunan nilai-nilai itu, sehingga pada suatu saat tidak lagi bernilai, disebut sebagai lost paradise yang meninggalkan kemelaratan bagi penduduk.

Dalam keadaan seperti ini Bali tidak lagi mempesona bahkan kehidupan sudah menuju pada kehancuran skala dan niskala.

Konsep Trihitakarana dewasa ini hanya banyak diwacanakan tetapi tidak dilaksanakan sungguh-sungguh, baik oleh Pemerintah maupun oleh penduduk.

Konsep ini sudah terbukti membawa kesejahteraan di masa lampau, namun lama-kelamaan dilanggar karena tidak ada suatu lembaga atau otoritas yang mengawasi pelaksanaannya.

Jadi selama ini Trihitakarana hanya berupa anjuran atau filosofi agama yang dikagumi tetapi tidak dihayati sehingga tidak tercermin dalam perilaku penduduk sehari-hari.

1. TINJAUAN PERTAMA PADA ASPEK HUBUNGAN MANUSIA DENGAN HYANG WIDH
I

Masyarakat Hindu di Bali banyak yang melaksanakan ajaran Agama mengutamakan pada ritual/ upacara, itupun tanpa pengertian yang cukup. Sedikit yang mendalami tattwa dan susila agama, sehingga tidak menyadari garis kesadaran dharma dan adharma.

Jika dipikir lebih jauh, sebenarnya kehidupan beragama umat Hindu di Bali tidak ada yang membimbing. Para pemimpin umat yaitu para Sulinggih kebanyakan giat muput-muput upacara yadnya saja, sedikit yang mau memberi perhatian pada pencerahan agama dan membantu memecahkan masalah-masalah kehidupan yang berkembang di masyarakat.

Di samping itu umat Hindu di Bali makin terbelit oleh dampak negatif dari globalisasi dunia. Karena pengaruh materialisme, tidak sedikit terjadi kasus-kasus pelecehan nilai-nilai agama misalnya penyalahgunaan simbol-simbol suci agama Hindu, desakralisasi ritual, penghancuran sistim kultur Hindu-Bali, dan komersialisasi aspek-aspek keagamaan.

Begitulah, dewasa ini sudah biasa dilihat pementasan tari-tarian sakral untuk konsumsi wisatawan, upacara ritual yang dikontrakkan hak siarnya pada perusahaan TV, dan pembangunan objek wisata di dekat pura yang suci, dan lain-lain lagi.

Umat yang terjebak melaksanakan ajaran agama hanya pada kegiatan ritual atau upacara-upacara Panca Yadnya saja sering menjadi objek oleh “pemimpin umatnya” karena diharuskan mengeluarkan biaya tinggi untuk sarana upacara, dan berbagai kegiatan upacara yang diada-adakan.

Pelajaran agama di sekolah-sekolah umum kurang diperhatikan, bahkan guru-guru agama banyak yang melakukan profesinya bukan karena dorongan sebagai seorang misionaris, tetapi untuk nafkah kehidupan.

Perhatian pemerintah pada bidang agama Hindu sangat kurang. Masyarakat mengira dengan adanya Kantor Departemen Agama, masalah agama Hindu di Bali sudah ditangani dengan baik.

Sebenarnya tidak demikian; Kandep Agama menangani berbagai agama yang ada di Bali, dan untuk porsi agama Hindu terkadang lebih sedikit dibanding agama lain. Ambillah contoh, di Bali belum ada lembaga Pengadilan Agama Hindu.

2. TINJAUAN KEDUA PADA ASPEK HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MANUSIA

Sebagai akibat kurangnya kesadaran tattwa kedharmaan bagi sebagian besar umat Hindu di Bali maka kehidupan harmonis antar umat Hindu semakin luntur.

Nilai-nilai hubungan kemanusiaan sudah didasarkan pada kepentingan materi dan balas jasa. Tattwa-tattwa yang mulia seperti paras-paros, salunglung sabayantaka, saling asah saling asuh dan saling asih hanya sebagai selogan yang muluk-muluk yang digunakan untuk menunjukkan status sosial.

Umat Hindu di Bali makin jelas menonjolkan kepentingan-kepentingan yang bersifat inidivualistis baik bagi dirinya sendiri maupun bagi kelompoknya.

Sifat-sifat mengumbar sad-ripu dan berbagai perilaku manusia yang tercela dapat dilihat pada kejadian sehari-hari yang meliput tidak hanya rakyat biasa, bahkan juga di kalangan pemimpin pemerintahan dan pemimpin umat Hindu. Banyak yang berdalih sebagai sudah zamannya demikian, seperti takdir tibanya jaman Kali.

3. TINJAUAN KETIGA PADA ASPEK HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM

Hyang Widhi menciptakan manusia sebagai mahluk utama yang mempunyai tri pramana yaitu sabda, bayu, dan idep.

Karena memiliki idep ini manusia dapat mencapai kesejahteraan dan sekaligus juga karena idep manusia akan menuju kemusnahan. Kemusnahan umat manusia akan terjadi bila alam sudah tidak lagi mendukung kehidupan manusia.

Dewasa ini Pemerintah dan umat Hindu di Bali makin tidak memperhatikan keharmonisan hubungan manusia dengan alam. Penebangan hutan, pemanfaatan bukit-gunung-lembah-laut untuk real estate, objek wisata, penambangan, dan pembuangan sampah sudah memporak-porandakan kelestarian alam, menimbulkan kekeringan di musim kemarau, banjir di musim hujan, dan penyebaran berbagai penyakit.

Upacara-upacara besar yang dilakukan untuk menjaga kelestarian alam seperti wana kertih, pecaruan, dan ngusaba, tidak akan berhasil jika tidak disertai dengan perubahan perilaku manusia yang rajin merusak alam.

Di samping itu pertambahan jumlah penduduk yang berjejal di pulau Bali yang sempit ini telah menyebabkan pengikisan area persawahan, perkebunan, hutan, danau, dan laut. Ironisnya pertambahan penduduk di Bali lebih banyak karena migrasi, bukan karena kelahiran.

Pertanyaan berikut ini adalah bagaimana upaya kita untuk meminimalkan dampak negatif seperti di atas dan bagaimana caranya agar trihitakarana tidak hanya menjadi selogan tetapi dilaksanakan dengan efektif ?

Jawaban yang pas adalah menumbuhkan kesadaran bersama. Upaya ini akan efektif bila PHDI Propinsi Bali mendapat dukungan dari Pemerintah dan segenap umat Hindu di Bali sehingga dapat berperan sebagai:

    Partner Pemerintah dalam menetapkan peraturan dan kebijaksanaan yang menyangkut kehidupan sosial religius, sosial kultur, dan kelestarian alam.
    Pemimpin umat yang merupakan lembaga bhisama di mana petunjuk-petunjuknya diikuti/ ditaati.

Keadaan yang dilihat dewasa ini, Pemerintah kurang memperhatikan keberadaan lembaga PHDI.

Masalah dualisme PHDI Propinsi Bali hingga saat ini belum tuntas; Pemerintah tidak menyediakan kantor-kantor PHDI di Kabupaten, apalagi memberikan kendaraan atau fasilitas lainnya.

Ada beberapa kali Pemerintah pernah mengundang PHDI untuk memberikan pendapat dalam penetapan Amdal atau kelayakan lingkungan suatu proyek investasi, tetapi saran-saran PHDI kurang diperhatikan.

Seandainya Pemerintah menyadari pentingnya keberadaan PHDI, maka dengan kerjasama lembaga-lembaga lain seperti lembaga Adat, LSM, Ormas –ormas Hindu, dan para pemerhati, PHDI dapat memberikan masukan kepada Pemerintah dalam mengendalikan roda pemerintahan menuju pada kesejahteran umat Hindu.

Read More

TARBIYAH

Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan, sedangkan orang yang mendidik dinamakan Murobi.
 

Etimologi
Secara umum, tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:

    A. Rabaa-yarbuu yg bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
    B. Rabiya-yarbaa yg bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
    C. Rabba-yarubbu yg bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).

Makna

Makna tarbiyah adalah sebagai berikut:

    a. proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir si anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah masyarakat.
    b. kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan (tidak membosankan).
    c. menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat Allah SWT.
    d. proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yg mudah kepada yg sulit.
    e. mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yg mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
    f. kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.
    g. Tarbiyah terdiri atas dua bagian:
(1) Tarbiyah Khalqiyyat, yakni pembinaan dan pengembangan jasad, akal,jiwa, potensi, perasaan dengan berbagai petunjuk, dan
(2) tarbiyah diiniyyat tahdzibiyyat, pembinaan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian jiwa menurut pandangan Allah SWT.
Arti

Dalam Islam, istilah pendidikan disebut dengan tarbiyah. Menurut ilmu bahasa, tarbiyah berasal dari tiga pengertian kata -robbaba-robba-yurobbii- yang artinya memperbaiki sesuatu dan meluruskannya. Sedang arti tarbiyah secara istilah adalah:

1. menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan, dimana bentuk penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan tujuan pembentukannya.

2. menentukan tujuan melalui persiapan sesuai dengan batas kemampuan untuk mencapai kesempurnaan.

3. sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit oleh seorang pendidik.

4. sesuatu yang dilakukan secara berkesinambungan, maksudnya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahad.

5. dijadikan sebagai tujuan terpenting dalam kehidupan, baik secara individu maupun keseluruhan, yaitu untuk kemashlahatan ummat dengan asas mencapai keridhaan Allah SWT seperti tersirat dalam firman Allah:
“     "Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia, 'hendaklah kamu menjadi penyembahku, bukan penyembah Allah'. Akan tetapi(dia berkata),'hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya."(Al Imran:79)

Read More

KONSEP IMAN Mata kuliah Pendidikan Agama Islam

KONSEP IMAN
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Pendidikan Agama Islam




Oleh;
Elia Nurhaeni
NIM: 2107090042
Fitri Susanti
NIM : 2107090061



PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS  GALUH CIAMIS
2009/2010





KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan Puji dan sukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam berhubungan dengan Konsep Iman.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menghadapi kesulitan dan hambatan tetapi berkat dorongan dan dukungan dari rekan-rekan oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Namun walaupun makalah ini selesai tentulah masih banyak kekurangan hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu kritik dan saran yang mengarah kepada perbaikan isi makalah ini sangat penulis harapkan.




Ciamis,   Oktober 2009


                                                                                     Penulis






DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....
A. PENDAHULUAN …………………………………………………….......
1.1  Latar belakang………………………………………………………….
1.2  Pokok Masalah
a.       Pengertian Iman
b.      Hubungan Iman dan Islam
c.       Rukun Iman
d.      Sifat- sifat Orang Yang Beriman
e.       Manfaat Iman Bagi Kehidupan
f.       Hal-hal yang dapat Meningkatkan Keimanan

B. PEMBAHASAN…………………………………………………………..
1.      Pengertian Iman
2.      Hubungan Iman dan Islam
3.      Rukun Iman
4.      Sifat- sifat Orang Yang Beriman
5.      Manfaat Iman Bagi Kehidupan
6.      Hal-hal yang dapat Meningkatkan Keimanan

C. PENUTUP…………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….
3.2 Saran……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….





A.   PENDAHULUAN



1. Latar Belakang

Dewasa ini banyak sekali orang yang merasa diri-nya beriman, mereka juga hafal benar arti dari kata iman. Namun, sesungguhnya mereka belum mengerti apa makna dari iman itu, serta tingkahlaku dan perbuatan mereka tidak mencerminkan diri-nya beriman.
Kami mengambil materi pembahasan “ Konsep Iman “, selain sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam adalh untuk meluruskan dan memperbaiki konsep iman yang belum sempurna.


2. Pokok Masalah

a.       Pengertian Iman
b.      Hubungan Iman dan Islam
c.       Rukun Iman
d.      Sifat- sifat Orang Yang Beriman
e.       Manfaat Iman Bagi Kehidupan
f.       Hal-hal yang dapat Meningkatkan Keimanan



  PEMBAHASAN



1. Pengertian Iman
            Secara bahasa , iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut istilah adalah ”mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengamalkan dalam perbuatannya”. Adapun iman menurut pengertian istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari.

            Kata Iman di dalam al-Qur’an digunakan untuk arti yang bermacam- macam. Ar- Raghib al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an mengatakan bahwa kata iman didalam al- Qur’an terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas  di bibir saja padahal hati dan perbuatanya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya terbatas pada perbuatan saja, sedangkan hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan sehari- hari.

~ Iman dalam arti semata-mata ucapan dengan lidah tanpa dibarengi dengan hati dan perbuatan dapat dilihat dari arti QS. Al-Baqarah, 2 :8-9,yaitu:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ  يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ 

“ Dan diantara manusia itu ada orang yang mengatakan :” Kami beriman kepada Allah dan hari Akhirat, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang- orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan menipu orang-orang yang beriman, tetapi yang sebenarnya mereka menipu diri sendiri dan mereka tidak sadar.

~ Iman dalam arti hanya perbuatannya saja yang beriman, tetapi ucapan dan hatinya tidak beriman., dapat dilihat dari QS. An- Nisa, 4: 142:

إِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَـٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلاً۬


“ Sesungguhnya orang-orang munafik (beriman palsu) itu hendak menipu mereka. Apabila mereka berdiri mengerjakan sembahyang, mereka berdiri dengam malas, mereka ria (mengambil muka) kepada manusia dan tiada mengingat Allah melainkan sedikit sekali”.

~ Iman dalam arti yang ketiga adalah tashdiqun bi al-qalb wa amalun bi al-jawatih, artinya keadaan dimana pengakuan dengan lisan itu diiringi dengan pembenaran hati, dan mengerjakan apa yang diimankannya dengan perbuatan anggota badan. Contoh iman model ini dapat dilihat dalam QS. Al- Hadid, 57:19:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۤ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلصِّدِّيقُونَ‌ۖ وَٱلشُّہَدَآءُ عِندَ رَبِّہِمۡ لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ وَنُورُهُمۡ‌ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَڪَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِنَآ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلۡجَحِيمِ

“ Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu adalah orang- orang yang Shiddiqien”.

            Berdasarkan informasi ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa di dalam al- Qur’an kata iman digunakan untuk tiga arti yaitu iman yang hanya sebatas pada ucapan, iman sebatas pada perbuatan, dan iman yang mencakup ucapan. Perbuatan dan keyakinan dalam hati.


2. Hubungan Iman dan Islam
            Kata islam sebagaimana diketahui berasal dari kata aslama yuslimu islaman yang artinya berserah diri, patuh dan tunduk kepada Allah. Orang yang melakukan demikian selanjutnya disebut muslim.
            Menurut Al-qur’an, iman bukan semata-mata suatu keyakinan akan benarnya ajaran yang diberikan, melainkan iman itu sebenarnya menerima suatu ajaran sebagai landasan untuk melakukan perbuatan. Al-qur’an dengan tegas memegang taguh pengertian seperti ini, karena menurut Al-qur’an walaupun setan dan malaikat itu sama-sama adanya, namun beriman kepada malaikat acap kali disebut sebagai bagian dari rukun iman, sedang terhadap setan orang diharuskan mengafirinya.
Hal ini misalnya terlihat pada ayat:

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وللَّهَِ سَمِيعٌ عَلِيمٌ


“Tidak ada paksaan untuk (memasuki ) agama (islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
            Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman dan islam. Karena diantara keduanya terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan identitas masing-masing. Iman lebih menekankan kepada segi keyakinan dalam hati, sedangkan islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.






3. Rukun Iman
            Secara harfiah kata rukun berarti berdampingan, berdekatan, bersanding, bertempat tinggal bersama atau kekuatan. Dalam ilmu fiqih rukun sering diartikan suatu perbuatan yang mengesahkan suatu kegiatan dan perbuatan tersebut termasuk dari kegiatan tersebut.
            Allah berfirman dalam QS. Al- Baqarah,2 : 177,yaitu:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

“ Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat-malaikat, Kitab- kitab, Nabi-nabi….”
            Didalam ayat tersebut disebutkan rukun iman itu ada lima, yaitu beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Nabi-nabi.  Disitu tidak disebutkan rukun iman yang ke enam, yaitu beriman kepada qada dan qadar.

4. Manfaat Iman Bagi Kehidupan
Ø  Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa
Ø   Iman akanmenimbulkan rasa kasih saying kepada sesama dan akanmeningkatkan tali persaudaraan dengan-Nya.
Ø  Iman akan membebaskan jiwa manusia dari kekuasaan orang lain
Ø  Iman yang hakiki itu dapat menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju karena membela kebenaran.
Ø  Iman yang disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci dibukakannya kehidupan yang baik, adil dan makmur.
Ø  Orang yang beriman akan diberikan kekuasaan dengan mengangkatnya sebagai khalifah di muka bumi.
Ø  Orang yang beriman akan mendapat pertolongan dari Allah.
Ø  Iman akan membawa terbukanya keberkahan di langit dan bumi.


5. Sifat-sifat Orang yang Beriman
ü  Teguh pendirian / tidak mudah terpengaruh dalam keadaan apapun dan tidak lemah karena cobaan.
ü  Tegas dalam mengambil sikap dan mudah menerima nasehat.
ü  Senang mencari dan menambah ilmu
ü  Selalu merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal sOleh yang dikerjakannya belum cukup untuk bekal menghadap kehadirot Allah sehingga mempunyai semangat yang tinggi untuk lebih banyak beramal.
ü  Sederhana dan selalu menjaga kebersihan.
ü  Dan lain-lain


6. Hal-hal yang dapat Meningkatkan Keimanan
∂       Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT seperti makna dari nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaan-Nya, maka semakin bertambah tinggi iman dan pengagungan serta takutnya kepada Allah SWT.
∂       Merenungkan ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya, dan kesempurnaan-Nya. Maka kita akan sampai pada kesimpulan : Siapa yang merancang, menciptakan dan mengatur semua ini ? Jawabannya hanya Allah
∂       Senantiasa menuingkatkan ketaqwaan dan meninggalkan maksiat kepada-Nya


C. PENUTUP


1. Kesimpulan

Setelah kita membaca dan membahas Konsep Iman kita akan mengetahui apa yang dimaksud iman itu ? Apa manfaatnya bagi kita ? Dan bagaimana kita meningkatkan keimanan kita ? Iman itu adalah keyakinan kita,adalah apa yang kita percaya,adalh pondasi bagi kehidupan kita.


2. Saran

Layaknya sifat seorang muslim yang beriman, adalah ia yang mudah menerima nasehat dan senang mencari serta menambah ilmu. Dapatlah makalah ini dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kehidupan kita sehari-hari karena di dalamnya ada ilmu serta nasehat-nasehat yang insyaallah dapat berguna di dunia maupun di akhirat.Amiin…


DAFTAR PUSTAKA


Hafidudin,Didin.2005.Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.Syaamil.Bandung

Azra, Azyumardi. 2008. Kajian Tematik Al-Qur’an tentang Ketuhanan. Angkasa. Bandung.

http://www.quranexplorer.com/quran/

http://padepokankibuyut.wordpress.com/kumpulan-tulisan/islam-iman-dan-ihsan-sebagai-trilogi-ajaran-ilahi/

Read More

Read More

Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang digunakan dalam proses pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam sebagai pedoman umat manusia khususnya umat Islam. Pendidikan adalah segala upaya, latihan dan sebagainya untuk menumbuh kembangkan segala potensi yang ada dalam diri manusia baik secara mental, moral dan fisik untuk menghasilkan manusia yang dewasa dan bertanggung jawab sebagai makhluk yang berbudi luhur. Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam yang mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sebagai hamba Alloh sebagaimana Islam sebagai pedoman kehidupan dunia dan akhirat. Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin bertambah dan luas, maka pendidikan Islam bersifat terbuka dan akomodatif terhadap tuntutan zaman sesuai norma-norma Islam.

A. PENTINGYA TEORISASI PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan merupakan upaya untuk pembudayaan manusia untuk merngembangkan potensinya secara optimal yang dalam pelaksanaannya sangat bergantung pada sang pendidik. Sehingga mereka dituntut untuk memenuhi semua persyaratan sebagai seorang pendidik yang ideal. Sedangkan faktor pembawaan anak merupakan sasaran utama oleh para pendidik.  Teori adalah suatu konsep pemikiran manusia yang disusun secara sederhana tentang suatu bidang kehidupan yang tersusun berdasarkan fakta-fakta yang saling berkaitan dan mendukungnya. Sehingga menjadi suatu produk pemikiran yang teruji dengan praktek yang berhubungan dengan berbagai variabel.

1. Landasan Dasar Pengembangan Teorisasi Pendidikan Islam
a. Hakikat pendidikan adalah segala upaya dan usaha untuk menjadikan manusia dewasa sesuai tujuan pendidikan
b. Azas pendidkan Islam adalah perkembangan dan pertumbuhan dalam perikehidupan yang seimbang dalam semua seluk beluk kehidupan secara adil, merata, menyeluruh dan integral.
c. Model dasar pendidian Islam adalah kemampuan dasar untuk berkembang dari setiap individu sebagai karunia Tuhan.
d. Sasaran pendidikan Islam adalah mengintegrasikan iman dan takwa dengan ilmu pengetahuan dalam pribadi manusia untuk mewujudkan kesejahteraan dunia-akhirat.

2. Persyaratan Ilmiah
Persyaratan ilmiah ilmu pendidkan Islam adalah memiliki objek yang jelas, pandangan, teori, dan hipotesis yang bersumber ajaran Islam, metode analisa yang bernafaskan Islam, dan struktur keilmuan definitif yang satu sama lain saling berkaitan sebagai ilmu yang mandiri.

3. Tugas Fungsi Ilmu Pendidikan
a. Melakukan pembuktian terhadap teori-teori ilmu pendidikan Islam
b. Memberikan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspek bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
c. Sebagai pengoreksi terhadap kekurangan teori-teori ilmu pendidikan Islam.

4. Hubungan Teori dengan Fakta
a. Teori menetapkan adanya hubungan fakta yang ada.
b. Teori mengembangkan sistem klasifikasi dan struktur dari konsep-konsep.
c. Teori harus dapat mengikhtisarkan fakta dan menerangkan sejumkah besar fakta.
d. Teori harus dapat meramalkan fakta
e. Teori harus dapat menunjukkan kebutuhan-kebutuhan untuk dikembangkan penelitian secara lebih lanjut.

B. HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM
Berangkat dari pengertian pendidIkan Islam, secara teori berarti memberi makan kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohani sesuai ajaran Islam baik melalui lembaga atau sistem kurikuler. Sedangkan tujuan fungsionalnya adalah potensi dinamis manusia yaitu keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak dan pengalaman. Sebagai lingkaran proses pendidikan Islam yang akan mengantarkan manusia sebagai hamba Alloh yang mukmin, muslim, muhsin, dan mushlihin mutaqin. Sedangkan objek pendidikan Islam adalah menyadarkan manusia sebagai makhluk individu yang diciptakan Tuhan yang paling sempurna dan lebih mulia dari makhluk lain (QS. As-Shaad: 71-72), memiliki kedudukan yang lebih tinggi (QS. Al-Isra’: 70). Disamping itu manusia diberi beban tanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat (QS. Al-Isra’: 15).

Sejalan hal itu, menyadarkan manusia sebagai makhluk sosial yang harus mengadakan interelasi (QS. AL-Anbiya’: 92), berinteraksi, gotong-royong dan bersatu (QS. Al-Imran: 103), bersudara (QS. Al-hujurat: 10), tanpa membedakan berbagai perbedaan baik bahasa atau warna kulit (QS. Ar-Ruum: 22). Disamping itu juga tidak melupakan bahwa manusia sebagai hamba Alloh yang diberi fitrah untuk beragama. Sehingga watak dan sikap religiusnya perlu dikembangkan agar mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya sesuai firman Alloh dalam surat Al-An’am: 102-103.

C. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan pendidikan Islam secara instruksional adalah:
a. TIK, mengarahkan anak untuk menguasai suatu ilmu khusus
b. TIU, mengarahkan anak untuk menguasai semua ilmu secara umum sebagai kebulatan
c. Kurikuler, agar mencapai garis besar program pengajaran di institusi pendidikan
d. Institusional, tujuan yang harus dicapai menurut program pendidikan di setiap intitusi
e. Umum atau nasional, cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui pendidikan formal/ non-formal.

Sedangkan berdasarkan tugas dan fungsi manusia secara filosofis adalah:
a. Individu, belajar mempersiapkan manusia untuk hidup dunia dan akhirat
b. Sosial, berhubungan dengan kehidupan manusia dengan masyarakat
c. Profesional, menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi sebagai kegiatan di masyarakat.

Tujuan dalam proses pendidikan Islam adalah cita-cita yang mengandung nilai-nilai Islam yang ingin dicapai berdasarkan ajaran Islam secara bertahap. Membentuk manusia dewasa yang berakhak mulia, mengembangkan potensi mengintegrasikan ilmu pengetahuan untuk kebahagiaan dunia akhirat.  Tujuan keagamaan pendidikan Islam adalah berorientasi pada kebahagiaan akhirat , dengan cara melaksanakan syariat Islam melalui pendidikan spiritual, misalnya (QS. Al-A’laa: 14-17) tentang kehidupan akhirat adalah lebih penting. Sedangkan tujuan keduniaan adalah pendidikan berorientasi pada kepentingan dunia sebagaimana firma Alloh QS. Al-Jumu’ah: 10

Jika dihubungkan dengan filsafat pendidikan Islam maka ilmu pendidikan Islam bertugas menganalisa secara mendalam tentang masalah-masalah pendidikan sekaligus penyelesaiannya. Ilmu pendidikan tidak hanya melandasi tugasnya dengan teori-teori tapi juga fakta empiris dan praktis yang di dalam masyarakat. Sehingga nantinya terjadi interaksi antara ilmu pendidikan Islam dengan masyarakat yang saling mengisi satu sama lain. Ilmu pendidikan Islam membutuhkan landasan yang ideal, rasional, universal dan sistematik tentang hakikat pendidikan. Filsafat pendidikan berorientasi pada seluruh aspek pendidikan secara obyektif untuk kebutuhan manusia secara mendasar. Maka filsafat pedidikan Islam berusaha menunjukan kemana arah pendidikan akan dibawa. Dengan ciri filsafat yang radikal, universal dan sistematis akan mengahasilkan pemikiran tentang manuisa yaitu sebagai individu, sosial, dan moral yang mengarah pada hubungan manusia dengan tuhan secara vertikal, dengan masyarakat secara horisontal dan dengan alam.

D. IMPLIKASI AL-QUR’AN TERHADAP PENDIDIKAN
Banyak sekali ayat al-Qur’an yang mengandung implikasi pendidikan. Diantaranya adalah surat al-Imran: 190-191, ad-Dukhan: 38-39, al-Anbiya’: 16-18, dan masih banyak lagi. Dari ayat –ayat ini dapat ditarik kesimpulan tentang azas gerakan alam semesta sebagai sunnatulloh, yaitu:

1. Menyeluruh (holistik): semua ciptaan Alloh yang maujud dipandang memiliki makna dalam suatu keseluruhan bagi manusia. Untuk itu pendidikan memerlukan sistem yang menyeluruh baik dalam kelembagaan maupun metode yang digunakan sehinga akan lahir sistem “satu untuk semua”
2. Kesatuan (integral): semua ciptaan Alloh dalam alam semesta dipandang selalu dalam satu sistem kesatuan yang saling berhubungan menggerakkan dan memperkokoh dan bermakna. Semua bekerja secara mekanis menurut fungsinya tanpa ada yang terlepas. Jika ada yang terlepas satu saja maka keseimbangan alam akan rusak dan hilang. Demikian juga dengan pendidikan, semua aspek pendidikan harus bekerja secara bersama agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan.
3. Perkembangan, semua ciptaan Tuhan baik makro/mikro mengalami perkembangan secara bertahap menuju arah kesempurnaan dan kematangan. Maka administrasi pendidikan membentuk lembaga pendidikan secara berjenjang mulai dari pra-dasar hingga perguruan tinggi.
4. Pendidikan seumur hidup, dengan konsep ini akan membuat kerangka berfikir memikirkan jauh kedepan tentang pendidikan dan kehidupan anak didik.

Berdasarkan filsafat pendidikan Islam yang membahas tentang ontologi, epistemologi dan aksiologi maka dapat disimpulkan pola dasar pendidikan Islam:

1. Segala fenomena alam adalah ciptaan Tuhan dan tunduk kepada hubungan mekanisme sebagai sunnatuloh. Maka manusia harus dididik agar bisa menghayati segala fenomena alam sehingga bisa menanamkan rasa iman dan takwa
2. Manusia sebagai makhluk palimg mulia dibanding makhluk lain menjadi khalifah. Maka ia dibekali ilmu agar bisa memberdayakan bumi dengan ilmunya untuk kemaslahatan umum sesuai tuntunan Tuhan.
3. Manusia sebagai makhluk sosial yang cenderung untuk berkumpul, berinteraksi dengan orang lain dan membentuk suatu tali persaudaraan.
4. Manusia sebagai makhluk moralitas yang cenderung untuk memeluk agama. Pendidikan seumur hidup sebagai dasar proses pendidikan sebagai konsep pemikiran yang berorientasi pada keimanan dan akhlak yang terpadu membentuk dan mewarnai pendidikan Islam.

Strategi pendidikan Islam merupakan sesuatu yang vital dalam melaksanakan pendidikan Islam. Maka strategi yang mantap diperlukan dalam proses pendidikan Islam sesuai situai dan kondisi sehingga tidak ditemui hambatan internal maupun eksternal. Strategi yang baik adalah jika bisa melahirkan metode yang baik. Beberapa ayat al-Qur’an tentang strategi pendidikan Islam antara lain, QS. Al-Qosos: 77 (keseimbangan dunia akhirat serta berbuat baik), al-Mujadalah: 11 (derajat bagi orang beriman dan berilmu), al-Jumu’ah: 2 (membersihkan hati), al-Qolam: 4 (budi pekerti luhur), dan As-Syura: 52 (menunjukkan jalan yang lurus).

E. FITRAH MANUSIA DALAM PENDIDIKAN
Beberapa penafsiran tentang fitrah antara lain:
1. Potensi dasar yang tidak dapat diubah (nativisme) yaitu potensi untuk beragama.
2. Bersifat netral, perkembangan anak didik harus dipengaruhi dari luar (empirisme). Jadi pendidikan sangat mempengaruhi diri seorang anak. Hal ini sesuai dengan surat An-Nahl : 78 (hidayah), al-Alaq: 3-4 (manusia harus belajar dan menghayati baik secara formal maupun non-formal dan dengan alam semesta).
3. Konvergensi, mengintegrasikan antara fitah yang bersifat alami dengan faktor luar (pendidikan).

Komponen psikologi dalam fitrah yang berpotensi yaitu:
a. Kemampuan dasar untuk beragama
b. Bakat dan kecenderungan yang mengacu pada keimanan kepada Alloh
c. Naluri dan wahyu bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan
d. Kemampuan dasar beragama secara umum, bukan Islam saja
e. Kondisi jiwa yang bersih, terbuka terhadap pengaruh luar, sedangkan pengadaan reaksi bukan berasal dari fitrah.

Fitrah menurut Al-Ghazali:
1. kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.
2. Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek secara mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu.
3. Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan rresponsif terhadap pengaruh luar yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu, karakter dan intuisi.

F. METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
Metodologi dalam pendidikan mempunyai tugas dan fungsi memberi cara yang baik untuk pelaksanaan operasional pendidikan Islam. Metodologi harus sejalan dengan substansi dan tujuan ilmu pengetahuan induknya. Dan dalam penerapannya bersumber pada al-Qur’an dan Hadits yang meliputi:

1. Al-Qur’an menunjukkan fenomena bahwa firman Alloh sesuai dengan sasaran dan tempat yang dihadapi. Alloh memberikan metode pengajaran alternatif yaitu pilihan dan setiap individu berbeda kemampuannya.
2. Alloh mendidik manusia disesuaikan dengan kemampuan masing-masing
3. Bersifat multi approach, yaitu melalui pendekatan religiuss, filosofis, sosiokultural dan scientific.

Pertumbuhan dan perkembangan manusia tercermin dalam al-qur’an yang bersifat derifatif yaitu:
1. Mendorong manusia untuk memikirkan kehidupannya sendiri dan alam sekitar
2. Mendorong manusia untuk megamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari
3. Mendorong berjihad
4. Suasana pendidikan yang sesuai dengan tempat dan waktu
5. Metode pembuatan kelompok
6. Metode instruksional
7. Metode bercrita (QS. Yusuf: 111, QS. Al-Maidah: 27-28)
8. Metode bimbingan dan penyuluhan (QS. Yunus: 57, QS. An-Nisa’: 58, Al-Luqman: 13 dan QS. Al-Imran: 159)
9. Memberi contoh dan teladan (QS. Al-Ahzab: 21, 67-68)
10. Diskusi (An-Nahl: 125, Al-Ankabut: 46)
11. Tanya jawab (QS. An-Nahl: 43)
12. Perumpamaan (QS. Ar-RA’d: 17, Ibrahim: 24-26, Al-Ankabut: 41)
13. Targhib dan tarhib (QS. Al-Zalzalah: 7-8, Al-Fushilat: 46)
14. Tobat dan ampunan (QS. An-Nisa’: 110, Al-Maidah: 39)

G. INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM
Institusi dalam pendidikan Islam bermula dari halaqoh-halaqoh yang dibuat Nabi kemudian seiring dengan perkembangan zaman lahirlah lembaga-lembaga pendidikan mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling lengkap sehingga menunjang keintektualitas peserta didik. Lembaga–lembaga itu memiliki berbagi aspek yang harus dipenuhi sebagai sarana untuk mencetak manusia muslim yang sejati. Diantaranya adalah pendidik, kurikulum, sarana pendidikan dan sebagainya. Secara filosofis ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai proses pendidikan yang di dasari nilai-niai Islam yang bersumber al-Qur’an dan Sunnah. Dengan pikirannya, manusia diperintahkan untuk menggali nilai-nilai di dalam al-Qur’an dan Sunnah tentang ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuanlah manusia bisa memahami fenomena alam sekitarnya sehingga menjadi bekal dalam menjalani hidup sebagai hamba Alloh dan khalifatulloh. Dan dengan pengetahuan dan teknologi yang dimikinya manusia disuruh untuk memahami alam semesta sejauh kemampuan rasionya.

Dalam operasionalnya ilmu pendidikan Islam berorientasi pada pemahaman kepada Alloh yang maha mengetahui sebagai sumber dari segala ilmu pengetahuan. Selain itu adalah pengembangan kehidupan sosial dalam masalah muamalah dengan masyarakat. Dan pengembangan alam sekitar yang memiliki kekayaan untuk digali dan diolah untuk kesejahteraan dunia-akhirat.

H. MODEL PENDIDIKAN ISLAM
Model ilmu pendidikan Islam secara teoritis berbicara aspek filosofis, epistemologi, dan pedagogis yang dalam operasionalnya berorientasi pada berikut:
1. Materi disesuaikan dengan tuntutan sosiokultural masa kini. Materi kurikulum mengandung tantangan untuk berfikir kritis dan pelajaran tajam sebagi pendorong berfikir kritis ilmiah menuju perkembangan pribadi muslim yang harmonis sesuai tuntunan Tuhan dan masyarakat.
2. Pendidik menganggap anak didik sebagai sumber pengetahuan, subjek dan partner dalam proses belajar mengajar.
3. Peserta didik melakukan dialogis dengan berbagai pihak dalam proses belajar mengajar dan menghayatinya kemudian merevisi sikap pandangannya sendiri.

a. Model Pendidikan Islam dengan pendekatan Sistem:
1. Secara sistemik manusia dipandang sebagai makhluk integralistik
2. Secara pedagogis pendidikan Islam sebagai pengembang potensi dasar secara integral antara rohani dan jasmani untuk membentuk manusia muslim.
3. Secara institusional pendidikan Islam adalah bentuk pendidikan yang bejenjang
4. Secara kurikuler pendidikan Islam mengarahkan seluruh komponen dan faktor-faktor pendukung pendidikan untuk mewujudkan cita-cita Islami.

b. Pendekatan Pedagogis dan Psikologis
Dengan pendekatan ini pendidikan menganggap manusia sebagai makhluk yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan baik secara jasmani dan rohani. Menurut para pemikir pendidikan baik muslim atau non-muslim potensi dasar yang dimiliki anak yang dan berkembang ini hanya dapat dilakukan dengan proses pendidikan. Dimana pendidikan adalah mengarahkan dan melatih peserta didik untuk mewujudkan cita cita Islami yaitu mencetak pribadi muslim yang memiliki intelektualitas tinggi dan berbudi luhur.

Pendekatan sistem ini menganalisis lima unsur pendidikan yaitu:
1. Pendidik, dalam hal ini seorang pendidik harus memenuhi sebagai seorang pendidik yang ideal. Dia harus matang dalam hal keilmuan, akhlak, dan sebagainya sebagai penunjang untuk menjadi pendidik yang berkualitas. Karena dialah yang akan menentukan akan jadi apa peserta didiknya nanti disamping potensinya sendiri yang akan menentukan hidupnya. Tapi sedikit banyak seorang guru akan memiliki pengaruh kepada sang murid.
2. Anak didik diposisikan sebagai objek pendidikan yang sedang megalami perkembagan jasmani da rohani dengan potensinya yang bersifat fitrah. Perkembangan itu hanya bisa optimal bila dilakukan dengan proses pendidikan yang berkesinambungan dan menggunakan metode konvergensi akan menghasilkan hasil yang optimal.
3. Alat pendidikan adalah sarana yang penting dalam menunjang mutu pendidikan. Dalam pendidikan Islam, alat pendidikan bisa berupa fisik atau non-fisik yang terseleksi mana yang lebih berguna. Disamping itu harus mengandung nilai efektif dan efisien yang diperoleh secara halal sesuai dengan norma-norma Islam.
4. Lingkungan yang bersinggungan langsung dengan anak didik sangat mempengaruhi anak didik. Untuk itu lingkungan yang baik adalah lingkungan yang bersifat mendidik dan bisa memperlancar jalannya pendidikan dehingga cita-cita pendidikan dapat terwujud.
5. Tujuan pendidikan Islam adalah suatu cita-cita yang dirumuskan bagi keberlangsungan anak didik masa depan. Sehingga tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada peningkatan keimanan dan ketakwaan untuk menghasilkna muslim yang baik sehingga bahagia dunia akhirat.

c. Model Pendidikan Islam dengan pendekatan Spiritual
1. Dalam pandangan agama manusia diberi dua pilihan yaitu jalan sesat yang mejerumuskan ke jurang nista dan jalan kebenaran yang menuntun manusia menuju keridhaan Alloh. Sehingga merasakan bahagia dunia-akhirat.
2. Proses pendidikan harus mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang dedikatif dan berserah diri kepada Alloh. Materi pendidikan harus mengarahkannya dari asal-usul manusia sehingga dia akan mengerti arti hidup.
3. Kurikulum materi pendidikan harus mengandung nilai-nilai Islami.
4. Strategi operasional pendidikan adalah meletakkan anak didik dalam posisi pendidikan seumur hidup.

d. Model Pendidikan Islam dengan pendekatan Historis.
Dilihat dari segi historis ada empat aspek ciri pokok perkembangan pendidikan yang releven, sejalan dan seirama, yaitu ideal, institusional, dan materiil. Ada tiga aspek pendidikan dengan pendekatan sejarah, secara pedagogis anak didik diletakkan pada posisi sentral untuk mengembangnkan kemampuan menciptakan hidup bernilai sejarah dengan mengkaji sejarah masa lalu. Secara kurikuler anak didik dikenalkan pasang surut kehidupan , positif-negatifnya dan tokoh-tokoh sejarah. Sedangkan secara epistemologi anak diarahkan menangkap makna kehidupan sejarah. Sehingga bisa mengaktualisasikan dalam kehidupannya.

Karakteristik historis pendidikan Islam:
1. Masa Nabi: berorientasi pada pengajaran tauhid dan berbentuk halaqah
2. Sahabat: berbentuk halaqah dan pendidikan diserahkan pada oangtua anak
3. Masa kerajaan: mengalami perubahan dengan bertambah luasnya daerah dan pengaruh dari luar arab. Muncul madrasah-madrasah yang operasionalnya berbeda setiap daerah.
4. Kemunduran: pendidikan mengalami kemunduran seiring dengan tertutupnya pintu ijtihad. Disamping itu karena semua wilayah Islam terjajah bangnsa barat jadi pendidikan pun tak terurus.
5. Kemerdekaan: dengan bangkitnya umat Islam dan banyaknya ilmuwan muslim yang bangkit, pintu ijtihad terbuka kembali pendidikan pun mulai bangkit kembali. Pendidikan yang dulu hanya berorientasi pada agama mulai memasukkan ilmu pengetahuan sekuler dalam kurikulum pendidikan.

I. MATERI PENDIDIKAN ISLAM
Para tokoh pendidikan Islam masa lalu membagi ilmu menjadi beberapa bagian. Al-Farabi membagi materi menjadi ilmu bahasa, sains persiapan, fisika dan metafisika, dan ilmu kemasyarakatan. Ibnu Kholdun membagi menjadi ilmu syariah, filsafat, ilmu alat yang membantu agama dan ilmu alat yang membantu faldafah. Sedangkan secara umum al-Ghazali membagi menjadi ilmu fardu ‘ain (agama: al-qur’an, hadits dan ilmu bahasa) dan fardu kifayah (dunia: sains dan sosial). Dan Ibnu Sina membagi menjadi ilmu teori (mipa dan ) dan ilmu praktik (akhlak dan politik).

Dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. mengandung materi yang berfungsi mampu membantu siswa untuk mencapai tujuan hidup Islami
2. mengandung tata nilai Islam secara intrinsik dan ekstrinsik sehingga mampu merealisasikan tujuan pendidikan Islam
3. metode sesuai dengan pendidikan Islam
4. kurikulum, metode dan tujuan harus saling berkaitan agar seimbang.

Beberapa kategori kurikulum pendidikan islam:
1. ilmu dasar yang membahas al-Qur’an dan Hadits
2. ilmu sosial yang membahas kemasyarakatan
3. ikmu alam yang termasuk ilmu pasti dan teori

J. METODE DALAM PROSES PENDIDIKAN ISLAM
Banyak sekali prinsip dalam al-Quran yang bisa dijadikan metode dalam pengajaran, diantaranya adalah:
1. metode suasana gembira (QS. Al-Baqarah: 25 dan 185)
2. metode lemah lembut (QS. Al-Imran: 159)
3. metode bermakna (QS. Muhammad: 16)
4. metode prasyarat atau muqadimah (QS.Al-Baqaah: 1-2)
5. metode komunikasi terbuka (QS. Al-A’raf: 179)
6. metode memberikan pengetahuan baru (QS. Al-Baqarah: 164 dan Al-Fushilat: 153)
7. metode uswatun hasanah (QS. Al-Ahzab: 21)
8. metode praktek atau pengamatan aktif (QS. As-Shof: 2-3 dan Al-Baqarah: 25)
9. metode bimbingan, penyuluhan dan kasih sayang (QS. Al-Anbiya’: 107 dan An-Nahl: 25)
10. metode cerita (QS. Al-A’raf: 176)
11. metode perumpamaan (QS. Ibrahim: 18)
12. metode hukuman dan hadiah (QS. Al-Ahzab: 72-73)

K. EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM
Secara garis besar evaluasi pendidikan Islam meliputi kemampuan dasar anak didik, yaitu:
1. sikap dan pengamalan pribadinya, hablu minalloh
2. sikap dan pengamalan dirinya, hablu minannas
3. sikap dan pengamalan kehidupannya, hablu minal ‘alam
4. sikap dan pandangannya sebagai ‘abd, khalifah dan anggota masyarakat.

Berbagai contoh eveluasi Tuhan dalam pendidikan:
1. mengetahui kesabaran (QS. Al-Baqarah: 155)
2. mengetahui bersukur atau kufur terhadap Tuhan (QS. An-Naml: 40)
3. mengetahui kejujuran (QS. An-Naml: 27)
4. mengetahui ketaatan terhadap Tuhan (QS. As-Shoffat: 103, 106 dan 107)
Perbedaan evaluasi Alloh dengan Nabi adalah jika Alloh lebih menitikberatkan pada sikap, perasaan, dan pengetahuan manusia. Sedangkan Nabi lebih menitikberatkan pada kemampuan dan kesedian manusia mengamalkan ajaran-Nya.
Fungsi evaluasi pendidikan adalah untuk mengidentifikasi dan merumuskan jarak dari saasaran pokok kurikulum secara komprehensif, penetapan bagi tingkah laku apa yang harus direalisasikan oleh siswa dan meyeleksi atau membentuk instrumen yang valid, terpercaya dan praktis untuk meniai sasaran utama proses pendidikan atau ciri khusus perkembangan dan pertumbuhan anak didik.
Jenis-jenis evaluasi:
1. formatif: menetapkan tingkat penguasaan peserta didik dan menentukan bagian tugas yang belum dikuasai
2. sumatif: penilaian secara umum tentang keseluruhan hasil belajar mengajar yang dilakukan setiap akhir periode
3. diagmatis: penilaian yang dipusatkan pada proses belajar megajar dengan melokalisasikan suatu titik awal yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M. 2006. Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Multidispliner). Jakarta: Bumi Aksara

Read More